A. PERTUMBUHAN
PENDUDUK
Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu faktor yang
penting dalam masalah sosial ekonomi umumnya dan masalah penduduk khususnya.
Karena di samping berpengaruh terhadap jumlah dan komposisi penduduk juga akan
berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi suatu daerah atau negara bahkan
dunia.
Misal : dengan bertambahnya penduduk berarti pula harus
bertambah pula persediaan bahan makanan, perumahan, kesempatan kerja, jumlah
gedung sekolah dan sebagainya.
Di samping itu apabila pertambahan penduduk tidak dapat
diimbangi dengan pertambahan fafsiltias di atas akan menimbulkan
masalah-masalah. Misalnya akan bertambah tingginya angka pengangguran, semakin
meningkatnya tingkat kemiskinan, banyak anak usia sekolah yang tidak tertampung
serta timbulnya berbagai kejahatan atau kriminalitas lain.
Adapun perkembangan jumlah penduduk dunia sejak tahun 1830
sampai
sekarang dan perkiraan sampai tahun 2006 adalah sebagai
berikut :
Perkembangan Penduduk Dunia
Tahun 1830 – 2006
Tahun
|
Jumlah Penduduk
|
Perkembangan Per-
tahun
|
1830
|
1
milyard
|
—
|
1930
|
2
milyard
|
1 %
|
1960
|
3
milyard
|
1,7 %
|
1975
|
4
milyard
|
2,2 %
|
1987
|
5
milyard
|
2 %
|
1996
|
6
milyard
|
2 %
|
2006
|
7
milyard
|
2 %
|
Sumber : Iskandar
N, Does Sampurno Masalah Pertambahan Penduduk di Indonesia.
Kalau dilihat dari tabel di atas pertumbuhan penduduk makin
cepat. Penggadaan penduduk (double population) jangka waktunya makin singkat.
Bertambah cepatnya penggandaan penduduk tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut :
Penggandaan Penduduk Dunia
Tahun
penggandaan |
Perkiraan penduduk dunia
|
Waktu
|
800 SM
|
5 juta
|
|
1650
|
500 juta
|
1500
|
tahun
|
|
|
1830
|
1 milyard
|
180
|
tahun
|
|
|
1930
|
2 milyard
|
100
|
tahun
|
|
|
1975
|
4 milyard
|
45
|
tahun
|
|
|
Sumber :
Ehrlich, Paul, R, et al, Human
Ecology W.H. Freeman and Co San Franscisco.
Waktu penggandaan penduduk dunia selanjutnya diperkirakan 35
tahun. Penambahan/pertambahan penduduk di suatu daerah atau negara pada dasarnya
dipengaruhi oleh faktor-faktor demografi sebagai berikut :
1. Kematian
(Mortalitas)
2. Kelahiran
(Fertilitas)
3. Migrasi
Di dalam pengukuran demografi ketiga faktor tersebut diukur
dengan tingkat/rate. Tingkat/rate ialah kejadian dari peristiwa yang menyatukan
dalam bentuk perbandingan. Biasanya perbandingan ini dinyatakan dalam tiap 1000
penduduk.
1. Kematian
ada beberapa tingkat kematian. Akan tetapi di sini hanya
dijelaskan dua jenis tingkat kematian saja yakni :
a. Tingkat Kematian Kasar (Crude Death Rate/CDR)
Tingkat kematian kasar adalah banyaknya orang yang meninggal
pada suatu tahun per jumlah penduduk pertengahan tahun tersebut. Secara
dinyatakan tiap 1.000 orang. Sehingga dapat dituliskan dengan rumus D = Jumlah
kematian
Pm = jumlah penduduk
per pertengahan tahun
K =
Konstanta = 1.000
Jadi jumlah penduduk yang mewakili suatu tahun tertentu
ialah jumlah penduduk pada bulan Juni.
Penduduk pertengahan tahun ini dapat dicari dengan rumus
sebagai berikut:
Pm = jumlah penduduk
pertengahan tahun
Pi =
jumlah penduduk pada awal tahun
P2 = jumlah penduduk pada akhir tahun
Contoh :
Jika daerah X pada tanggal 31 Desember 1980 memunyai
penduduk 550 orang dan pada tanggal 31 Desember 1981 mempunyai penduduk 650
orang, maka jumlah penduduk pada pertengahan tahun 1981 berjumlah :
1/2 (550 + 650) = 600 orang
apabila pada tahun 1981 di daerah X ada 12 orang yang
meninggal dunia, maka :
CDR = 12/600 x 1000 =
20
Jadi pada tahun 1981 di daerah X tiap 1000 penduduk terdapat
kematian/jumlah yang meninggal 20 orang.
Pada negara yang sudah maju (developed countries) angka
tingkat kematian kasar lebih rendah daripada negara-negara yang sedang
berkembang. Beberapa contoh angka-angka CDR di beberapa negara adalah sebagai
berikut :
CDR BEBERAPA NEGARA MAJU
TAHUN 1981
TAHUN 1981
Negara
|
CDR
|
USA
|
|
Kanada
|
|
Balanda
|
|
Selandia Baru
|
|
USSR
|
|
India
|
|
Philipina
|
|
Indonesia
|
|
Malaysia
|
|
Sumber : Population Reference Bereau 1981
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa CDR Indonesia setingkat
dengan India. Untuk Pulau Jawa mungkin akan terjadi penurunan CDR di masa-masa
datang, karena adanya peningkatan standard hidup dan kesehatan. Angka kematian
tinggi sering terjadi pada daerah-daerah kritis, untuk di daerah G. Kiant
karena kekurangan makanan.
b. Tingkat Kematian Khusus (Age Specific Death Rate)
Karena tingkat kematian itu dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain umur, jenis kelamin, pekerjaan. Umpama laki-laki berusia 85 tahun
mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mati daripada laki-laki umur 25 tahun.
Orang laki-laki yang berada di medan perang lebih besar kemungkinan untuk mati
daripada istri mereka yang berada di rumah.
Karena perbedaan resiko kematian tersebut, maka digunakan
tingkat kematian menurut umur (specific Death Rate). Dengan tingkat kematian
ini menunjukkan hasil yang lebih teliti. Karena angka ini menyatakan banyaknya
kematian pada kelompok umur tertentu 1000 penduduk pada kelompok umur yang
sama, maka dapat dibuat rumus sebagai berikut :
Di =
Kematian penduduk kelompok umur i
Pm =
Jumlah penduduk pada pertengahan tahun kelompok umur i.
K =
Konstanta (=1000)
2. Fertilitas (kelahiran Hidup)
Pengukuran fertilitas tidak sesederhana dalam
pengukuran mortalitas, hal ini disebabkan adanya alasan sebagai berikut :
1) Sulit
memperoleh angka statistik lahir hidup karena banyak bayi-bayi yang meninggal
beberapa saat setelah kelahiran, tidak dicatatkan dalam peristiwa kelahiran
atau kematian dan sering dicatatkan sebagai lahir mati.
2) Wanita
mempunyai kemungkinan melahirkan dari seorang anak (tetapi meninggal hanya
sekali).
3) Makin
tua umur wanita tidaklah berarti, bahwa kemungkinan mempunyai anak makin
menurun.
4) Di
dalam pengukuran fertilitas akan melibatkan satu orang saja. Tidak semua wanita
mempunyai kemungkinan untuk melakukan. Ada dua istilah asing yang kedua-duanya
diterjemahkan sebagai kesuburan.
a. Facundity
(kesuburan)
Facundity adalah lebih diartikan sebagai kemampuan
biologis wanita untuk mempunyai anak.
b. Fertility
(fertilitas)Fertilitas adalah jumlah kelahiran hidup dari seorang wanita atau
sekelompok wanita. Yang dimaksud dengan lahir hidup adalah kelahiran dengan
tanda-tanda kehidupan misalnya : bernafas, bergerak, berteriak/menangis, ada
denyutan jantung dan sebagainya. Pengukuran vertilitas selalu didasarkan atas
jumlah kelahiran hidup pada kelompok penduduk pada periode tertentu.Tinggi
rendahnya kelahiran dalam suatu/ sekelompok penduduk erat hubungannya dan
tergantung pada : struktur umur, penggunaan alat kontrasepsi, pengangguran,
tingkat pendidikan, status pekerjaan wanita serta pembangunan ekonomi.Tingkat
Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR).Tingkat kelahiran kasar adalah jumlah
kelahiran hidup pada suatu daerah pada tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada
pertengahan tahun tersebut.
B = Jumlah kelahiran hidup pada suatu dunia pada suatu tahun
tertentu Pm = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun
K = Konstanta (1000)
General Fertility Rate (GFR) Angka Kelahiran Umum
GFR adalah angka yang menunjukkan jumlah kelahiran per 1000
wanita usia produktif. Wanita yang berumur produktif antara 15-44 tahun atau
antara 15-49 tahun.
Jadi untuk menghitung angka kelahiran ini diperlu-kan jumlah
penduduk wanita usia produktif/subur.
B = Jumlah kelahiran hidup pada suatu daerah pada suatu
tahun tertentu. Fm= Jumlah penduduk wanita pada pertengahan tahun.
K = Konstanta (=1000)
Di Indonesia jumlah wanita dalam usia subur (15-49) tahun
sekitar 23530 ribu dan jumlah kelahiran sekitar 2985 ribu sehingga :
GFR untuk beberapa negara adalah sebagai berikut :
Thailand 234,8
Brunai 234,4
Swedia 61,1
Jepang 62,2
Age Specific Fertility Rate (ASFR) Tingkat Kelahiran Khusus
ASFR menunjukkan banyaknya kelahiran menurut umur dari
wanita yang berada dalam kelompok umur 15-49 tahun. Ukuran ini lebih baik
daripada ukuran di atas, karena pengaruh daripada variasi kelompok umur dapat
dihilangkan. Oleh karena itu ada perbedaan yang jelas mengenai fertilitas
wanita dalam tiap kelompok interval 5 tahun.
Jadi kalau dituliskan dalam bentuk rumus adalah sebagai
berikut :
B1 =
Jumlah kelahiran dari wanita kelompok umur 1 tahun
Fmi =
Jumlah penduduk wanita pada pertengahan tahun dalam kelompok umur i.
K =
Konstanta (=1000)
Dalam kebanyakan analisa, kelompok umur yang berinterval
lima tahun digunakan sebagai waktu untuk menghitung angka khusus menurut umur.
Biasanya kelompok umur terendah adalah 15-19 tahun, sedangkan yang tertinggi
dalam kelompok umur 20-an, lalu menurun ketingkat sedang bagi wanita umur
30-an. Angka pada kelompok setelah/di atas 39 tahun biasanya relatif kecil.
Migrasi
Aspek dinamis kehidupan kelompok dalam ruang ialah gerakan
penduduk yang dinamai migrasi. Selain migrasi ada istilah lain tentang dinamika
penduduk yaitu mobilitas. Pengertian mobilitas lebih luas daripada migrasi,
sebab mobilitas mencakup perpindahan teritorial secara permanen dan sementara.
Sedangkan migrasi bila dikaitkan dengan unsur waktu di tempat yang baru
misalnya minimal 6 bulan atau satu tahun. Sedangkan bagi mereka yang pernah
pindah tempat tinggal kurang dari batas waktu tersebut disebut melakukan
mobiltias sirkuler.
Migrasi ini adalah merupakan akibat dari keadaan lingkungan
alam yang kurang menguntungkan. Sebagai akibat dan keadaan alam yang kurang
menguntungkan menimbulkan terbatasnya sumber daya yang mendukung penduduk di daerah
tersebut.
Langkah-langkah seseorang migran dalam menentukan
keputusannya untuk pindah ke daerah lain atau kawasan (areal) lain terlebih
dahulu ingin mengetahui lebih dahulu faktor-faktor sebagai berikut : 2)
— persediaan
sumber alam
— lingkungan
sosial budaya
— potensi
ekonomi
— alat masa
depan
Dengan mengetahui faktor-faktor di muka setidak-tidaknya
terhindar dari akibat negatif.
Di samping itu mereka juga memikirkan pelbagai rintangan
yang mungkin dihadapi selama proses migrasi.
Model kaitan mekanisme migrasi dari Lee.
+ =
attracting (menarik) 0 = nentarl
— = repulsing
= hambatan antara
Dengan adanya intervening Obtacles (rintangan antara) maka
timbul dua proses migrasi yakni :
1. Migrasi
bertahap
2. Migrasi
langsung
Secara garis besar kemampakan migrasi di Indonesia dibagi
menjadi dua kemampakan yaitu : urbanisasi dan migrasi intergional atau
transmigrasi.
Akibat Migrasi.
a. Urbanisasi (migrasi dari desa ke kota) walaupun urutannya
sangat kecil, namun dapat mempengaruhi pola distribusi penduduk secara
keseluruhan.Para urbanit kebanyakan terdiri dari golongan umur muda yang sangat
produktif serta banyak inisiatifnya.Sebagian akibat dari penduduk yang
rata-rata masih muda tersebut memungkinkan pertumbuhan penduduk yang pesat di
kota, dan bagi pembangunan desanya sedikit banyak akan mempengaruhi kelancaran.
b. Migrasi
interegional di Indonesia kebanyakan dilaksanakan oleh mereka yang berumur
produktif dan kreatifitas tinggi. Hal tersebut memungkinkan tingginya angka
pertumbuhan penduduk serta tingkat laju pembangunan di luar jawa.Di DKI Jakarta
sebagai akibat dari adanya migrasi interegional pertumbuhannya menjadi sangat
cepat, sehingga pada tahun 2000 penduduknya menjadi sekitar 16,6 juta jiwa
(SEHINGGA Jakarta akan menduduki urutan ke 10 dari kota-kota besar di dunia).
c. Migrasi
antar negara di Indonesia adalah sangat kecil dari hasil census penduduk pada
tahun 1971 sampai dengan 1980 migrasi masuk (immigrasi) hanya ada 0,61% dan
migrasi ke luar (emigrasi) hanya sebesar 0,57% per tahun. Sehingga akibatnya
kurang nyata terhadap distribusi penduduk Indonesia.Walaupun migrasi dapat
terjadi dalam dimensi nasional, regional dan internasional, namun dipandang
dari sudut sosiologi tidak ada perbedaan dasar antara migrasi nasional dan
internasional (emigrasi dan imigrasi). Dalam kedua peristiwa tersebut terjadi
proses yang sama mengenai pengambilan keputusan perubahan-milia dan penyesuaian
sosial. Aspek sosiologis migrasi adalah adanya proses melepaskan diri dari
suatu struktur sosial dan masuk ke dalam struktur sosial atau pada kultur yang
lain dengan problematik penyesuaian yang timbul dari padanya. Komposisi
PendudukMenurut Pallard komposisi penduduk merupakan distribusi statistik
sejumlah individu yang tercakup di dalam suatu jumlah penduduk tertentu menurut
karakteristik seperti umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, jenis
pekerjaan dan sebagainya.Sedangkan menurut Josepx Y Spengler dan Otis Douley
Duncan komposisi penduduk dapat diartikan sebagai gabungan frekuensi penyebaran
ciri-ciri yang terukur atau variabel-variabel lain dari
anggota-anggotanya.Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat dikatakan bahwa
komposisi penduduk merupakan pengelompokan daripada penduduk yang didasarkan
pada karakteristik tertentu yang akan disesuaikan dengan kegunaannya. Komposisi
penduduk menurut umur dan jenis kelamin Komposisi penduduk menurut umur dan
jenis kelamin mempunyai peranan yang sangat penting hanya dapat untuk
mengetahui :
- Pertumbuhan
penduduk di suatu daerah termasuk cepat atau lambat.
- Rasio
ketergantungan.
Jumlah wanita dalam usia subur.
- Jumlah
tenaga kerja yang tersedia.
- Berdasarkan
tempat tinggal.
- Bentuk
piramida bentuk.
BENTUK PIRAMIDA PENDUDUK STASIONER
3. Piramida penduduk tua
Bentuk piramida penduduk ini menggambarkan adanya penurunan
tingkat kelahiran yang sangat pesan dan tingkat kematian kecil sekali. Apabila
angka kelahiran jenis kelamin pria besar, maka suatu negara bisa kekurangan
penduduk. Negara yang bentuk piramida penduduknya seperti ini adalah Jerman,
Inggris, Belgia, Perancis.
Rasio Ketergantungan (Dependency of ratio)
Dari komposisi penduduk menurut umur dapat dipakai untuk
menghitung rasio ketergantungan. Yang dimaksud dengan rasio ketergantungan
ialah angka yang menunjukkan perbandingan jumlah penduduk golongan umur yang
belum produktif dan sudah tidak produktif kerja lagi dengan jumlah penduduk
golongan umur produktif kerja. Biasanya dinyatakan dalam persen (%).
Batas golongan umur produktif kerja (aktif ekonomi)
masing-masing daerah/negara berbeda-beda. Biasanya terletak antara umur 15
tahun sampai 65 tahun. Sehingga dengan demikian rasio ketergantungan dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Jadi makin tinggi jumlah penduduk usia muda dan jompo makin
besar rasio ketergantungannya. Artinya beban penduduk pada kelompok umur
produktif kerja (aktif ekonomi) untuk dapat menghasilkan barang atau jasa
ekonomi bagi golongan umur muda dan jompo adalah tinggi.
Sebagai ukuran rasio ketergantungan adalah sebagai berikut :
DR kurang dari 62,33% adalah baik
DR lebih dari 62,33% jelek
Penggolongan umur penduduk dalam kelompok produktif sangat
berpengaruh dalam lapangan penghidupan produkti vitas kerjanya dalam lapangan
produksi.
Penggolongan menurut DW Sleumer :
0 - 14 golongan belum produktif
15 - 19 golongan kurang produktif penuh 20 - 54 golongan
produktif
55 - 64 golongan tidak produktif penuh 65 ke atas golongan
inproduktif
Penggolongan menurut Sumbarg
0 - 15 golongan belum produktif 15 - 65 golongan produktif
penuh 65 ke atas golongan produktif berkurang
Penggolongan menurut Widjojo, Pullerd dan John Clark.
0 - 14 golongan belum produktif 15 - 64 golongan produktif
65 ke atas golongan tidak produktif
B. KEBUDAYAAN DAN KEPRIBADIAN
A. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN DI IN-DONESIA.
1. Zaman Batu sampai Zaman Logam
Upaya menelusuri sejarah peradaban bangsa Indonesia, mulai
dari zaman batu sampai zaman logam, sungguh akan berliku-liku, memerlukan waktu
pembahasan yang panjang. Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli prehistoris,
ternyata bahwa zaman batu itupun terbagi dalam :
- Zaman
batu tua (Palaeolithikum)
- Zaman
batu muda (Neolithikum).
Alat-alat batu pada zaman batu tua, baik bentuk ataupun
permukaan peralatan masih kasar-kasar, misalnya kapak genggam.
Kapak genggam-kapak genggam semacam itu kita kenal dari
Eropa, Afrika, Asia Tengah sampai Punsjab (India), tapi kapak genggam semacam
ini tidak didapati orang di Asia Tenggara. Berdasarkan penelitian para ahli
prehistori, bangsa-bangsa Proto Austronesia pembawa kebudayaan Neolithikum
berupa kapak batu besar maupun kecil bersegi-segi itu berasal dari Cina
Selatan, menyebar ke arah Selatan, ke hilir sungai-sungai besar sampai ke
Semenanjung Malaka.
Lebih lanjut menyebar ke Sumatra, Jawa, Kalimantan Barat,
Nusa Tenggara. sampai ke Flores, dan Sulawesi, berlanjut Ke Pilipina.
Kapak-kapak batu serupa itu diasah sampai mengkilat dan diikat kepada tangkai
kavu dengan rotan.
Bersamaan dengan persebaran budaya kapak-kapak batu itu,
tersebar pula Bahasa Proto Austronesia. Bahasa Proto-Austronesia sebagai induk
atau cikal hakal bahasa dari bangsa-bangsa yang mendiami pulau-pulau diantara
Samudra Indonesia dan Samudra Pasifik. Dengan begitu bahasa Proto Austronesia
sebagai induk bahasa-bahasa di Wilayah negara-negara anggota Asean, khususnya
Republik Indonesia., dikemudian hari muncul sebagai bahasa Melayu. Bahasa
Melayu dengan dialek-dialek yang berbeda-beda itu, salah satu diantaranya
berkembang di Republik Indonesia, kemudian menjadi bahasa Indonesia sebagai
bahasa resmi, bahasa kesatuan Republik Indonesia.
Zaman batu muda (Neolithikum) benar-benar membawa revolusi
dalam kehidupan manusia. Pada zaman ini, mereka mulai hidup menetap, membuat
rumah. membentuk kelompok masyarakat desa, bertani dan betel nak untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Sejalan dengan itu revolusi alat-alat keperluan penunjang
kehidupanpun terjadi. Penyelidikan-penyelidikan lebih lanjut menemukan bahwa
manusia-manusia zaman batu muda itu telah mengenal clan memiliki kepandaian
mengecor/mencairkan logam dari biji besi, dan menuamakan ke dalam
cetakan-cetakan serta mendinginkannya. Oleh karena itulah mereka mampu membuat
aneka ragam senjata berburu dan berperang serta alat-alat lain yang mereka perlukan.
Bangsa-hangsa Proto-Austronesia yang masuk dari Semenanjung
Indo China ke Indonesia itu membawa Kebudayaan Dongson, dan menyebar di
Indonesia. Materi Dongson diantaranya berupa senjata-senjata tajam dan kapak
berbentuk sepatu dari bahan perunggu.
Suatu hal y ang patut dicatat tentang permulaan zaman logam
ini, ialah kenyataan yang jelas bahwa Indonesia sebelum zaman Hindu telah
mengenal kcbudayaan yang tinggi derajatnya, dan zaman tersebut pada dasarnya
penting sekah untuk perkembangan sejarah Indonesia selanjutnya.
B. KEBUDAYAAN HINDU, BUDHA, DAN ISLAM.
1. Kebudayaan Hindu dan Budha.
Pada ke-3 dan ke-4 agama Hindu masuk ke Indonesia, khususnya
ke
Pulau Jawa. Perpaduan atau akulturasi antara kebudayaan
setempat dengan kebudayaan
Hindu yang berasal dari India itu berlangsung luwes dan
mantap. Sekitar abad ke-5, ajaran Budha atau Budhisme masuk ke Indonesia,
khususnya ke Pulau Jawa. Agama/ajaran Budha dapat dikatakan herpandangan lebih
maju dari pada Hinduisme, sebab Budh,. me tidak menghendaki adanya kasta-kasta
dalam masyarakat.
Walaupun demikian, kedua agama itu di Indonesia, khususnya
di Pulau Jawa tumbuh dan berkembang berdampingan secara damai. Baik penganut
Hinduisme maupun Budhisme melahirkan karya-karya budaya yang bernilai tinggi
dalam seni bangunan/arsitektur, seni pahat, st'ni ukir maupun seni sastra,
seperti tercermin dalam bangunan/arsitektur, relief-relief yang diabadikan
dalam candi-candi di Jawa Tengah ataupun di Jawa Timur. Candi-candi yang
dimaksud diantaranya : Borobudur,•Mendut, Prambanan, Kalasan (Jawa Tengah).
Badut, Kidal, Jago, Singosari, di sekitar kota Blitar, semuanya di wilayah
propins di Jawa Timur.
Candi Borobudur adalah candi Budha terhesar dan termegah di
Asia Tenggara, bahkan tercatat sebagai salah sate bangunan kuno, yang termasuk
dalam 10 besar keajaiban dunia.
2. Kebudayaan Islam.
Pada abad ke-15 dan ke-16 agama Islam telah dikembangkanm di
Indo-nesia, oleh para pemuka-pemuka Islam yang disehut Wali Sanga. Titik
sentral penyebaran agama Islam pada abad itu berada di pulau Jawa. Sebenarnya
agama Islam masuk ke Indonesia, khususnya ke pulau Jawa sebelum abad ke-11
sudah ada wanita Islam yang meninggal dan dimakamkan di kota Gresik. Masuknya
agama Islam ke Indonesia, teristimewa ke pulau Jawa berlangsung dalam suasana
damai. Hal ini disebabkan karena Islam dimasukkan ke Indo-nesia tidak dengan
secara paksa, melainkan dengan cara baik-baik. Di samping itu disebabkan sikap
toleransi yang dimilik bangsa kta.
Pada abad ke-15, ketika kejayaan maritim Majapahit mulai
surut, berkembanglah negara-negara pantai yang dapat merongrong kekuasaan dan
kewibawaan Majapahit yang berpusat pemerintahan di pedalaman. Negara-negara
yang dimaksud adalah : negara Malaka di Semenanjung Malaka, negara Aceh di
ujung Pulau Sumatra, negara Banten di Jawa Barat, negara Demak dipesisir utara
Jawa Tengah, negara Goa di Sulawesi Selatan. Dalam proses perkembangan
negara-negara tersebut yang dikendalikan oleh pedagang
pedagang kaya dan golongan bangsawan kota-kota pelabuhan,
nampaknya telah terpengaruh dan menganut agama Islam.
Didaerah-daerah yang belum amat terpengaruh oleh kebudayaan
Hindu, agam Islam mempunyai pengaruh yang menda lam dalam kehidupan penduduk di
daerah yang bersangkutan.
Demikian misalnya di Aceh, Banten, Sulawesi Selatan, Sumatra
Timur, Sumatra Barat, dan pesisir Kalimantan.
Agama Islam berkembang pesat di Indonesia dan menjadi agama
yang mendapat penganut sebagian terbesar penduduk Indonesia. Tak dapat
dipungkiri lagi, bahwa kebudayaan Islam memberi saham yang besar bagi
perkembangan kebudayaan dan kepribadian bangsa Indonesia.
C. KEBUDAYAAN BARAT.
Unsur kebudayaan yang juga memberi warna terhadap corak lain
dari kebudayaan dan kepribadian bangsa Indonesia adalah kebudayaan Barat. Awal
kebudayaan Barat masuk ke negara tercinta Republik Indonesia ketika kaum
kolonialis/penjajah mengedor masuk ke Indonesia, terutama bangsa Belanda. Mulai
dari penguasaan dan kekuasaan perusahaan dagang Belanda (VOC) dan berlanjut
dengan pemerintahan kolonialis Belanda, di kota-kota propinsi, kabupaen muncul
bangunan-bangunan dengan gaya arsitektur Barat. Dalam kurun waktu itu juga,
dikota-kota pusat pemerintahan, terutama di Jawa, Sulawesi Utara, dan Maluku
berkembang dua lapisan sosial.
1. Lapisan
sosial yang terdiri dari kaum buruh.
2. Lapisan
sosial kaum pegawai.
Dalam lapisan sosial kedua inilah pendidikan Barat di
sekolah-sekolah dan kemampuan/kemahiran bahasa Belanda menjadi syarat utama
untuk mencapai kenaikan kelas sosial.
Akhirnya masih harus disebut sebagai pengaruh kebudayaan
Eropa yang masuk juga kedalam kebudayaan Indonesia, ialah agama Katolik dan
agama Kristen Protestan. Agama-agama tersebut biasanya disiarkan dengan sengaja
oleh organisasi-organisasi penyiaran agama (missie untuk agama
Katolik dan zending untuk agama Kristen) yang semuanya bersifat
swasta. Penyiaran dilakukan terutama didaerah-daerah dengan penduduk yang belum
pernah mengalami pengaruh agama Hindu, Budha atau Islam. Daerah-daerah
itu misalnya : Irian Jaya. Maluku Tengah dan Selatan,
Sulawesi Utara dan Tengah, Nusa Tenggara Timur, dan pedalaman Kalimantan.
Sudah menjadi watak dan kepribadian Timur pada umumnya,
serta masyarakat Jawa khususnya, bahwa dalam menerima setiap kebudayaan yang
datang dari luar, kebudayaan yang dimilikinya tidaklah diabaikan. Tetapi
disesuaikanlah kebudayaan yang baru itu dengan kebudayaan lama.
Sehuhungan dengan itu, penjelasan Undang-Undang Dasar 1945
memberikan rumusan tentang kebudayaan memberikan rumusan tentang kebudayaan
bangsa Indonesia adalah : kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budi rakyat
Indonesia seluruhnya, termasuk kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai
puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia. Lebih lanjut,
dalam penjelasan UUD 1945 itu juga ditunjukkan ke arah mana kehudayaan itu
diarahkan, yaitu menuju ke arah kemajuan adab budaya dan persatuan, dengan
tidak menolak bahan-bahan baru kebudayaan asing yang dapat inemperkembangkan
atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat
kemanusiaan bangsa Indonesia.
Dalam kesempatan temu ilmiah budaya di Palu, Sulawesi
Tengah, pada tanggal 24 Desember 1984, Prof Dr.A. Mattulada menilai kebudayaan
Indo-nesia kontemporer yang tumbuh dari kebudayaan asli Nusantara, Hindu,
Is-lam dan kebudayaan modern (Eropa-Amerika) yang berbeda-beda konfigurasinya,
sekarang dipahami sebagai kebudayaan Bhineka Tunggal Ika.
Namun itu belum sepenuhnya diterima merata sebagai milik
nasional. Lebih jauh dikatakan bahwa kebudayaan modern sekarang yang berpangkal
pada ilmu, ekonomi dan kemajuan teknologi dengan ciri otonominya, juga goncang,
sehingga merendahkan martabat umat manusia.
Bagi bangsa Indonesia sekarang, sanggupkah menemukan jalan
yang tepat guna menumbuhkan kebudayaan yang sehat ?.
Dalam keadaan rawan seperti sekarang ini sesungguhnya sangat
menguntungkan bagi pembangunan kehudayaan Indonesia, yakni dengan Falsafah
Pancasila. Pancasila telah menunjukkan dasar pemikiran yang mewarnai
aspirasi-aspirasi zaman mutakhir, terhadap pendapat-pendapat umum dengan
rumusannya humanisme baru". Pancasila sebagai rumusan kepercayaan kepada
realitas, sesungguhnya sejalan dengan rumusan humanisme baru yang tumbuh
menjadi hasrat umum zaman mutakhir.
Kebudayaan dan Kepribadian
Berbagai penelitian Antrophologi Budaya menunjukkan bahwa
terdapat korelasi di antara corak-corak kebudayaan dengan corak-corak
kepribadian anggota-anggota masyarakat, secara garis besar. Opini umum juga
menyatakan, bahwa kebudayaan suatu bangsa adalah cermin dari kepribadian bangsa
yangbersangkutan. Kalau begitu, pada sisi mana kebudayaan dapat memberikan
pengaruh terhadap suatu kepribadian ?
Jawabnya, jika kita melihat dari sisi sikap pemilik
kebudayaan itu sendiri. Manakala pemilik kebudayaan itu menganggap bahwa segala
sesuatu yang terangkum dan terlebur dalam segala materi kebudayaan itu sebagai
sesuatu yang logic, normal serasi, dan selaras dengan kodrat alam dalam tabiat
asasi manusia dan sebagainya.
Setiap masyarakat mempunyai sistem nilai dan sistem kaidah
sebagai konkretisasi. Nilai dan kaedah berisikan harapan-harapan masyarakat,
perihal perilaku yang pantas. Suatu kaidah, misalnya kaidah hukum memberikan
batas-batas pada perilaku seseorang. Batas-batas tersebut menjadi suatu
"aturan permainan" dalam pergaulan hidup.
Sebaliknya segala yang berbeda dari corak kebudayaan mereka,
dianggap
rendah, aneh, kurang susila, bertentangan dengan kodrat alam
dsb.
Contoh :
Di Indonesia pada umumnya, apabila seorang wanita hamil
tidak mempunyai suami, ia adalah profit seseorang yang telah melanggar adat/
kebiasaan suatu keluarga, masyarakat dan bangsa pada umumnya. Budaya/ adat
istiadat keluarga, masyarakat, dan bangsa Indonesia yang berakar dari ajaran
agama, tidak membenarkan dan tidak mentolerir hal semacam itu, baik oleh
lingkungan keluarga maupun masyarakat, orang itu akan dikucilkan, dicibir
direndahkan harkatnya. Sebab ia telah melanggar adat/kepribadian keluarga dan
masyarakat di sekelilingnya. Secara langsung atau tidak langsung, lingkungan
masyarakat dimana ia berdomisili telah memberikan sanksi atas perbuatannya yang
telah melanggar tata budaya/kepribadian masyarakat dan bangsa. Suatu tingkah
laku lainnya yang dipandang sebagai pelanggaran berat terhadap adat istiadat,
tata budaya, dan kepribdaian bangsa adalah"kumpul kebo" (seorang pria
dan wanita dewasa hidup bersama seperti suami isteri, tanpa melalui proses akad
nikah). Mengapa perbuatan/kedua tingkah laku tersebut di atas dipandang sebagai
pelanggaran adat istiadat, tata budaya, dan kepribadian masyarakat/bangsa '?
Sebab, kedua kasus tersebut telah melanggar nilai-nilai
budaya dan sistem kaidah sebagai "peraturan permainan" dalam
pergaulan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Akan tetapi bagaimana kedua kasus tersebut jika terjadi di
negara-negara Barat atau di negeri negeri blok Komunis ?
Mungkin dianggap biasa-biasa saja. Mengapa begitu ? Sebab,
tata budaya dan kepribadian yang dibakukan dalam sistem nilai, sistem kaidah
orang-orang Barat dan Bagi mereka di negeri-negeri Komunis, membenarkan kebiasaan/tingkah
laku seperti itu. Sama sekali bukan merupakan pelanggaran adat istiadat, etika,
moral, atau kepribadian bangsanya.
Sifat-sifat kepribadian yang berakar dari adat istiadat dan
ajaran agama pada suatu kelompok masyarakat dapat dikukuhkan sebagai hukum
adat. Di luar itu, ciri-ciri kepribadian suatu kelompok masyarakat/bangsa, juga
tercermin dalam penampilan sikap hidup sehari-hari.
Disini disampaikan kesan-kesan positif dari para turis asing
yang pernah berkunjung ke Indonesia, menyatakan bahwa salah satu ciri khas
kepribadian bangsa Indonesia adalah : memiliki sifat ramah tamah, suka
menolong, dan memiliki sifat gotong royong. Mengapa para turis asing itu dapat
mengungkapkan hal-hal tersebut diatas ? Sebab, mereka telah mengamati dan
merasakan sifat ramah tamah dan gotong royong dalam kehidupan sehari-hari di
mana-mana. Kesemuanya telah mereka temukan tidak dalam polesan atau
berpura-pura. Ciri khas kepribadian suatu bangsa dalam bentuk lain dapat
diamati dalam macam ragam karya budayanya. Misalnya dari karya-karya
budaya/karya seni tari, seni pahat/seni ukir, seni sastra, seni bangunan, atau
dalam berbagai bentuk ragam pakaian adat. Indonesia memiliki kebhinekaan dalam
hal, Bahasa, adat istiadat, berbagai ragam karya budaya dari ke bhinekaan
suku-suku bangsanya. Tegasnya corak-corak kebudayaan dari berbagai suku-suku
bangsa Republik Indonesia, memberikan corak-corak kepribadian bangsa Indonesia.
Kepribadian bangsa Indonesia yang rama tamah, suka menolong,
memiliki sifat kegotong royongan adalah ciri umum dari sekian banyak
kepribadian suku-suku bangsa yang berada Republik Indonesia, dan terpatri
meenjadi ciri khas kepribadian bangsa Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar